TUGAS SOFTSKILL / 3PA05
Kurikulum
Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat:
Memahami
Dan Menjelaskan Kurikulum Berdiferensiasi Dan Memahami Perbedaannya Dengan
Kurikulum Yang Umum.
Pembelajaran Anak Berbakat
A. Pengertian Keterbakatan
Menurut Para Ahli
Hagen dan Hollingworth (dalam Hawadi 2002)
membedakan antara gifted dan talented. Gifted ditujukan pada individu yang
memiliki kemampuan akademik tinggi, sedang talented ditujukan pada individu
dengan kemampuan unggul dibidang seni, musik, dan drama.Cutts dan Musseley (1957
dalam Hawadi 2002) membedakan antara bright dengan gifted dan talented. Bright
diartikan individu yang mampu menempuh pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas
(kolese) dan lancar dalam karier yang dipilihnya. Gifted diartikan individu
yang memiliki potensi yang lebih tinggi daripada individu dengan tingkat
bright, sedangkan talented menunjuk pada individu yang memiliki kemampuan tidak
lazim (luar biasa dibidang akademis, tanda umum adalah adanya kemampuan yang
tergolong superior).
De haan dan Havighurst (1957 dalam Hawadi 2002)
individu dengan kemampuan tingkat gifted dibedakan menjadi 2 yaitu first order
atau sering disebut extreme gifted, kelompok ini jumlahnya sangat sedikit,
second gifted, kelompok ini jumlahnya lebih banyak.
Coleman (1985 dalam Hawadi 2002)
membedakan konsep gifted dengan genius, kosep gifted dan genius tidak
dibedakan. Seorang gifted belum tentu genius, karena kelompok ini dinilai belum
memberikan kontribusi unik pada lingkungannya dalam kurun waktu tertentu.
Seorang genius adalah pasti seorang gifted.
Menurut Feldhusen (1985:16 dalam Hawadi
2002) bahwa genius merujuk pada individu yang memiliki kemampuan tingkat tinggi
dan tercermin dalam prestasi yang bermakna atau luar biasa. Sedang gifted
merujuk pada individu yang memiliki kemampuan superior. Menurut Terman (dalam
Fawzia 2000) anak berbakat adalah anak yang secara global menguasai semua mata
pelajaran dan bahkan berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi pada
usia yang sangat muda. Anak mudah dilihat dari prestasinya yang luar biasa pada
seluruh bidang. Mereka memiliki keterampilan verbal yang luar biasa sebaik
kemampuan spatial, berhitung maupun logika sehingga memungkinkan untuk
menyelesaikan soal-soal matematiika maupun soal-soal mata pelajaran lain.
Penelitian Csikszentmihalyi dari
Universitas Chicago bahwa anak-anak dengan kemampuan tinggi yang luar biasa
disemua domain, tidak hanya secara akademis tetapi juga dibidang seni rupa,
musik, bahkan atletik, sebetulnya secara sosial tidak padu dengan sebayanya.
Namun walaupun demikian terdapat adanya kecenderungan dari para ahli bahwa
keterbakatan merujuk pada kemampuan intelektual yang tinggi dan tercermin dalam
IQ yang tinggi. Kemampuan yang tinggi tersebut oleh beberapa ahli disebut
gifted dan beberapa ahli lan menyebut genius dan disebut pula superior dan
bright.
1. Ciri-Ciri Anak
Berbakat
Ciri – ciri anak berbakat dalam bukunya, Mengembangkan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator
keberbakatan sebagai berikut:
a) Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata
luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat),
daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan
tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan
jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan
ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau
kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia
lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
b) Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan
yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas
dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu
bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak
mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian
(orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang
jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba
hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)
c) Ciri-ciriMotivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas
putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin
mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi
sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap
macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi,
keadilan, dan sebagainya). Senang dan rajin belajar serta penuh semangat
dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan
pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal
yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda
pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan
memecahkan soal-soal.
Hal ini menunjuk pada semangat dan motivasi untuk
mengerjakan danmenyelesaikan suatu tugas. Suatu pengikatan diri dari dalam
diri.Adapun ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang
signifikandengan tiga aspek tersebut (Balitbang Depdikbud, 1986) sebagai
berikut:Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya),Memiliki rasa ingin
tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan, Memiliki kemampuan yang tinggi dalam
berpikir logis dan kritis, Mampu belajar atau bekerja secara mandiri, Ulet menghadapi
kesulitan (tidak lekas putus asa), Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap
kegiatan atau perbuatannya, Cermat atau teliti dalam mengamati, Memiliki
kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah, Mempunyai minat
yang luas, Mempunyai daya imajinasi yang tinggi,
Belajar dengan mudah dan cepat, Mapu mengemukakan dan mempertahankan pendapat, Mampu berkonsentrasi, Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luarBentuk-bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar,
Belajar dengan mudah dan cepat, Mapu mengemukakan dan mempertahankan pendapat, Mampu berkonsentrasi, Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luarBentuk-bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar,
Ditinjau dari bentuk penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi
tiga jenis (Clark, 1983) sebagaiberikut:
1) Sekolah khususYaitu
semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memilikipotensi
kecerdasan dan bakat istimewa
2) Kelas khususYaitu
siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajardalam kelas
khusus.
3) Kelas regular yaitu
siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa tetapberada
bersama-sama dengan siswa lainnya di kelas regular (model inklusi),
bentuk penyelenggaraan pada kelas regular dapat dilakukan dengan model
sebagai berikut:a. Kelas regular dengan kelompok (cluster)
2. Implikasi Dalam
Pembelajaran (Teori Barbe Dan Renzulli)
Menurut definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978),
anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi
diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan
umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi
terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang
ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil
tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut
gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat
dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ
130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
Task Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam
meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah.
Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan
oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan,
kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan
kemandirian.
Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru
dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk, pribadi,
proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan kreatif kalau produk
itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari yang lain dan tentu saja
berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru,
punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani
tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap
tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu
masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang
berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak
yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak
normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah
keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak
dilahirkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap
perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia
perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia
terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan
sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia
seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima
tahun.
Perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak
hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda
dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah
mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti
itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima
informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit
informasi maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan informasi.
A. Implikasi bagi guru anak
berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
1) Guru perlu memahami
diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang
dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
2) Guru perlu memiliki
pengertian tentang keterbakatan
3) Guru hendaknya
mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul
dari kemampuan-kemampuan anak
4) Guru memberikan
tantangan daripada tekanan
5) Guru tidak hanya
memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses
belajar.
6) Guru lebih baik
memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa alternatif
strategi belajar.
7) Guru hendaknya dapat
menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta
dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat
dan keputusan.
B. Peran Orang Tua dalam
Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi
perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada
anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk
berprestasi semaksimal mungkin. Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua
agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan
Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
1) anak berbakat itu
tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam
keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau
sebaliknya.
2) Sempatkan diri untuk
mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
3) Berilah kesempatan
seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam
bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
4) Berilah kesempatan
jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada
di sekolah.
5) Kerjasama Antara
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang
tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama
mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu
dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor”
untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
3. Kurikulum
Berdiferensiasi Untuk Anak Berbakat
A. Pengertian kurikulum
berdiferensiasi dan kurikulum umum
Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan
belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan
psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang
diperoleh di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang
membantunya mewujudkan potensinya. Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan
untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka
kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam
minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi
setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa
harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh
anak.
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk
pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk
kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi
(differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini
memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun
tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu
orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua ,
kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai
kelompok belajar, termasuk kelompok berbakat. Melalui program
khusus, berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran,
proses belajar dan produk belajar.
Meskipun demikian, pada dasarnya kurikulum
berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar
bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman
belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta
pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai
dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan
bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di
samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga
pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui
keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah
dideferensiasikan.
B. Hakekat pembelajaran differensiasi
Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program
pengayaan dan percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang
merugikan anak itu sendiri, maka telah dikembangkan kurikulum alternative yaitu
berdiferensiasi (differentiated instruction ). Pendekatan ini menghendaki agar
kebutuhan berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini
menawarkan serangkaian pilihan belajar pada berbakat dengan tujuan
menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil
belajar yang berbeda-beda.Kurikulum berdiferensiasi sangat penting ditekankan
untuk anak berbakat. Kurikulum ini memiliki tiga level kurikulum yaitu:
1) Prescribed Curriculum
and Instruction
Level pertama, prescribed curriculum and
instruction adalah kurikulum yang dikembangkan oleh standard lokal dan
tidak menyediakan kesempatan untuk strategi belajar yang cocok
untuk berbakat.
2) Teacher-Differentiated
Curriculum
Pada level kedua, teacher-differentiated curriculum,
guru memodifikasi kurikulum yang telah ada menjadi kurikulum yang menarik dan
menantang untuk berbakat. Disini, murid tidak hanya dipandang sebagai
seorang ‘murid’ saja, tetapi murid adalah pembelajar aktif.
3) Learner-Differentiated
Curriculum.
Level ketiga, learner-differentiated curriculum, adalah
level tertinggi dimana murid berbakat dianggap sebagai “producers of
knowledge”, bukan hanya “consumers of knowledge”. Level ini mendukung
perkembangan self-discovery, self-esteem, kreativitas, dan otonomi. Selain
perkembangan kognitif, pada level ini jug mengembangkan faktor sosial dan
emosional murid.
Dalam kurikulum berdiferensiasi ini, guru menggunakan
beberapa kegiatan, yaitu:
a) Beragam cara
agar dapat mengeksplorasi kurikulum
Dalam kaitan dengan pem-belajaran berdiferensiasi, maka
para memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang
dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan
memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
b) Beragam kegiatan atau
proses yang masuk akal sehingga dapat mengerti dan memiliki
informasi dan ide
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara
belajar untuk mendapatkan, menge-lola, menggunakan dan meng-komunikasikan
informasi yang di-perlukan. harus terlibat secara aktif dalam proses
tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat
dari (Suryosubroto, 1996:72) :
· berbuat
sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
· mempelajari,
memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan;
· merasakan
sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
· belajar
dalam kelompok;
· mencoba
akan sendiri konsep-konsep tertentu;
· mengkomunikasikan
hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau
penampilan.
c) Beragam pilihan
dimana dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang
yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa- apa yang telah mereka
pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar
menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya;
Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan
orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan, kritikan
dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang
lain.
C. Karakteristik Umum
Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik
umum, yaitu:
1) Pengajaran berfokus
pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus
berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga
semua dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok bahan
ajar. yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan
menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi
para berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok
tersebut.
2) Evaluasi kesiapan dan
perkembangan belajar diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar harus dievaluasi
untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi
pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan
orang lain. Oleh karena itu, tidak semua memerlukan satu kegiatan
atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus
menerus mengevaluasi kesiapan dan minat dengan memberikan dukungan
bila membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas
eksplorasi terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang lebih menantang.
3) Ada
pengelompokan secara fleksibel.
Dalam pengajaran berdiferen-siasi, berbakat
sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar
berpasangan maupun belajar dalam kelompok. Oleh karena itu, pada saat-saat
tertentu dapat diberi kebebas-an untuk memilih materi pelajaran
dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Strategi ini memungkinkan untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang
mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas
kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan
kecepatan adalah pengajaran modul.
4) Menjadi penjelajah
aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar
(learning how to learn ). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar
penguasaan materi, melainkan harus belajar juga bagaimana belajar
(secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan
pembelajaran telah di biasakan untuk berpikir mandiri, berani
berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga tidak merasa
terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Tugas guru
adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat terjadi
secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.
D. Prinsip –prinsip
pengajaran berdifferensiasi
1) Prinsip Individualitas
Perbedaan individual merupakan salah satu masalah utama
dalam proses belajar-mengajar. Ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan
individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam
memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif.
Pengajaran individual bukanlah semata-mata pengajaran yang
hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada
sekelompok atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan sehingga pengajaran itu memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing secara optimal.
2) Prinsip Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses
pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan
bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan
tertentu berbeda. tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar,
dan hasil yang baik.
3) Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan. Guru memiliki peran yang besar untuk menumbuhkan
motivasi eksternal, diantaranya: Pertama, menggunakan cara atau metode dan
media mengajar yang bervariasi; Kedua , memilih bahan yang menarik minat dan
dibutuhkan ; Ketiga, memberikan sasaran antara; Keempat , memberikan kesempatan
sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan Keenam,
menciptakan persaingan yang sehat.
4) Prinsip Latar/Konteks
Latar atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus
dikaitkan dengan situasi dunia nyata , sehingga mendorong membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan
bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi.
5) Prinsip Minat dan
Kebutuhan
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang.
Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat
keaktifan belajar . Dengan demikian dalam rangka meningkatkan
aktivitas dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara
penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
6) Prinsip Penilaian
(Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu:
Pertama, informal assessment , biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi
berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat
guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua,
formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar,
tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif,
kemampuan fisik, minat dan sebagainya.
7) Prinsip Terpadu
Artinya penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat
dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan
belajar di ruang kelas yang sama.
8) Strategi Pembelajaran
Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan
modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran,
proses, produk, lingkungan dan evaluasi.
· Materi
pelajaran
Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai
kegiatan pembelajaran, yaitu:
- Pemadatan
materi pelajaran
- Studi
intradisipliner
- Kajian
mandala,
- Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk
memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
- Mengembangkan
kecakapan berpikir.
- Hubungan
dalam dan lintas disiplin
- Studi
mandiri
-· Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat
mendorong untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau
dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun
kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta untuk
menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa
meminta untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh.
- Lingkungan
Belajar
Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Individu seringkali terbentuk oleh
lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia).
Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau
membawa ke masyarakat.
- Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk
mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus
memastikan bahwa berbakat memiliki kesempatan untuk
mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan
mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata pelajaran.
9) Cara pengembangan
kurikulum berdiferensiasi
Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini
menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru
dan yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar.
Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan
bahwa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran
belajarnya. Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau
muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat
dirancang dengan cara sebagai berikut.
· Kurikulum
berdiriferensiasi menyesuaikan dengan kurikulum umum
- Menambah
hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya
dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki
anak berbakat.
- Mengubah
bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki
kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya,
biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak.
Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak
diterima oleh anak berbakat.
- Mengurangi
kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang
lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang
dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya
dikurangi.
- Meluaskan
dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail,
pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan
dan mendalam
· Kurikulum
Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru atau Khusus
Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang
benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.
Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas
kurikulum sebagai berikut:
- Berkaitan
dengan mata pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan dengan mata
pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar bagian-bagian
serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan dipelajarinya
di lingkungan sekolah.
- Berorientasi
dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar mengajar menekankan
perkembangan keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya,
ketika anak sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan
bagian-bagian tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
- Berpusat
pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan
anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana keilmuan yang penuh
akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
- Penerapan
tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah”
dalam hasil tugas , tetapi seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
- Memungkinkan
anak memilih. Asas ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan
kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya
menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.
E. Perbedaan
penerapan kurikulum differensiasi dengan kurikulum umum
1. Konten. Muatan
atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan
minat dan kemampuan anak.
2. Proses. Proses
belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak
umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
3. Produk. Dalam hal
penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks
daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan,
ataupun benda.
Kegunaan kurikulum berdiferensiasi yaitu member pengalaman,
pendidikan yang disesuaikan dengan minat & kemampuan intelektual murid.
Makna dari diferensiasi bagi siswa berbakat ialah menumbuhkan rasa
keberhasilan, kepuasan, dan tantangan , membuat siswa aktif & merasa bosan
sekolah, dan dengan demikian menghindari under achievement atau putus sekolah.
Bedanya dengan kurikulum umum, jika kurikulum digunakan untuk anak yang kreatif
dan bakatnya standar. Sedangkan kurikulum diferensiasi dirancang khusus
kelompok siswa berbakat. Serta berorientasi pada proses, kegiatan aktif dan
penerapan tugas, juga member peluang pada siswa untuk memilih sendiri
kegiatan belajar sesuai minat dan bakat.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar