Selasa, 14 November 2017

CIRI-CIRI ANAK BERBAKAT (MENJELASKAN DAN MENGANALISA CIRI-CIRI ANAK BERBAKAT SERTA IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN SESUAI TEORI BARBE DAN RENZULLI) DAN MENJELASKAN PENERAPAN PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT SESUAI TEORI BARBE DAN RENZULLI

A. PENGERTIAN ANAK BERBAKAT
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnyadiartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.

B. CIRI-CIRI ANAK BERBAKAT
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
  • Gemar membaca pada usia lebih muda
  • Membaca lebih cepat dan lebih banyak
  • Memiliki perbendaharaan kata yang luas
  • Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
  • Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
  • Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
  • Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
  • Memberi jawaban-jawaban yang baik
  • Dapat memberikan banyak gagasan
  • Luwes dalam berpikir
  • Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
  • Mempunyai pengamatan yang tajam
  • Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
  • Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
  • Senang mencoba hal-hal baru
  • Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
  • Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
  • Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
  • Berperilaku terarah kepada tujuan
  • Mempunyai daya imajinasi yang kuat
  • Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
  • Mempunyai daya ingat yang kuat
  • Tidak cepat puas dengan prestasinya
  • Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
  • Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

C. IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN SESUAI TEORI BARBE DAN RENZULLI
Implikasi dalam pembelajaran anak berbakat disimpulkan oleh Barbed an Renzulli (Munandar, 1999: 62) sebagai berikut:
a. Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Dalam menghadapi siswa-siswanya, guru yang baik selalu menilai kemampuan, persepsi, motivasi, dan perasaan-perasaanya sendiri. Guru perlu menyadari baik kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya. Anak berbakat akan paling maju di bawah bimbingan guru yang memiliki kecerdasan cukup tinggi, memiliki pengetahuan umum yang luas, serta menguasai mata pelajaran yang diajarkannya secara cukup mendalam. Jika guru pada saat-saat tertentu tidak mengetahui sesuatu dan tidak dapat menjawab pertanyaan siswanya, adalah lebih baik mengatakan “Saya tidak tahu: marilah kita cari jawabannya bersama-sama!” atau “Berilah saya waktu untuk memikirkannya!” Jawaban seperti ini akan lebih mendapat penghargaan dan kepercayaan siswa daripada jika guru menjawab asal saja. Mengapa? Karena anak berbakat bersifat kritis, mempunyai kemampuan penalaran yang tinggi, dan suka mempertanyakan segala sesuatu. Guru perlu juga menguji perasaan-perasaannya terhadap anak berbakat. Sikap menguji atau mempertanyakan dari anak berbakat dapat menjengkelkan guru yang bersifat otoriter. Penjelasan guru yang biasanya diterima begitu saja oleh kebanyakan anak mungkin diragukan oleh anak berbakat. Jika guru menunjukkan perasaan tidak senang oleh pertanyaan-pertanyaan anak berbakat, ia dapat mematikan rasa ingin tahu anak, sedangkan guru yang terbuka terhadap gagasan dan pengalaman baru akan meluaskan dimensi minat anak.
b. Di samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang akan membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana ciri-ciri anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa.
c. Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi sebagai  fasilitator belajar daripada sbagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya. Fungsi pendidik adalah mempersiapkan siswa untuk belajar seumur hidup. Setiap anak dilahirkan dengan rasa ingin tahu. Ia terbuka terhadap pengalaman baru dan belajar dari pengalamannya sesuai dengan kebutuhannya. Hanya sayang, pada waktu anak mulai masuk sekolah sering dorongan alamiah untuk belajar ini terkekang karena kurikulum yang kaku dan program belajar yang tidak beragam (berdiferensiasi), artinya tidak disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. Jika dorongan alamiah ini terhambat di sekolah, rasa ingin tahu anak akan mati dan berganti menjadi sikap apatis, acuh tak acuh. Karena itu, diperlukanmotivasi eksternal (berupa dorongan, pujian, teguran dari guru dan orang tua) dan system penghargaan (nilai-nilai prestasi belajar, angka rapor) untuk menumbuhkan minat anak. Terutama anak yang cerdas dan berbakat dengan rasa ingin tahu yang kuat dan minat yang luas akan merasa terhambat dengan kurikulum yang hanya berorientasi pada mayoritas anak.
d. Guru anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan. Prakarsa dan keuletan anak berbakat membuatnya tertarik terhadap tantangan. Ia senang menguji kemampuan dan penglamannya terhadap tugas yang bermakna baginya. Ia merasa tertantang untuk menjajaki hal yang sulit dan belum diketahui. Anak yang berbakat dan kreatif cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan yang hanya mengulang-ulang.
e. Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar. Macam kegiatan belajar yang lebih berorientasi kepada proses daripada terhadap produk semata-mata dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini:
  • Pemecahan masalah dengan lebih menekankan pada proses memperoleh jawaban daripada jawabannya sendiri
  • Membuat klasifikasi (penggolongan)
  • Membandingkan dan mempertentangkan
  • Membuat pertimbangan sesuai dengan criteria tertentu
  • Menggunakan sumber-sumber (kamus, ensiklopedi, perpustakaan)
  • Melakukan proyek penelitian
  • Melakukan diskusi
  • Membuat perencanaan kegiatan
  • Mengevaluasi pengalaman.
f. Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan-balik daripada penilaian. Agar menjadi orang dewasa yang mandiri dan percaya pada diri sendiri, anak harus belajar bagaimana menilai pengalaman dan prestasi belajarnya. Anak yang berbakat cukup mampu melakukan penilaian diri sejak mereka masuk sekolah. Guru perlu memberi umpan-balik dan model prilaku, namun seyogyanya anaklah yang menilai diri sendiri. Guru dapat memberikan umpan-balik dengan membuat catatan yang menyatakan dimana letak kesalahan anak dan bagaimana ia sendiri dapat memperbaikinya. Jika nilai dalam bentuk angka harus diberikan, maka sebaiknya dilengkapi dengan catatan penjelasan.
g. Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar. Termasuk salah satu hal penting yang perlu diketahui anak ialah bahwa ada lebih dari satu cara untuk mencapai sasaran atau tujuan, ada macam-macam kemungkinan jawaban terhadap satu masalah, ada beberapa cara untuk mengelompokkan objek, dan ada beberapa sudut pandang dalam diskusi. Hendaknya anak diperbolehkan menjajaki beberapa cara atau jalan untuk mencapai tujuan. Kreativitas akan berkembang dalam suasana yang memberika kebebasan untuk menyelidiki. Jika anak tidak dengan sendirinya melihat macam-macam jalan yang dapat ditempuh, hendaknya guru mengarahkan sehingga ia dapat melihat adanya macam-macam alternative strategi belajar.
h. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa percaya diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan. Hendaknya setiap anak merasa aman untuk mencoba cara-cara baru dan menjajaki gagasan-gagasan baru di dalam kelas. Banyak anak yang kreatif terlambat dalam ungkapan diri karena takut mendapat kritik, takut gagal, takut membuat kesalahan, takut tidak disenangi guru, atau takut tidak memenuhi harapan orang tuaDengan menciptakan suasana di dalam kelas dimana setiap anak merasa dirinya diterima dan dihargai, serta guru menunjukkan bahwa ia percaya akan kemampuan anak, maka akan terpupuk rasa harga diri anak.

D. PENERAPAN PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT SESUAI TEORI BARBE DAN RENZULLI
A. Menjelaskan dan menerapkan pembelajaran anak berbakat sesuai dengan teori Barbe & Renzulli.
Menurut Barbe dan Rezulli anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat tetapi juga menggunakan cara yang berbeda dari teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru disekolah mengalami kewalahan, bahkan sering terganggu oleh anak-anak seperti itu oleh karena itu Barbe dan Ranzulli menyimpulkan implikasi bagi guru untuk anak berbakat.
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
  • Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya
  • Guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
  • Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak
  • Guru memberikan tantangan daripada tekanan
  • Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar
  • Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
  • Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
  • Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan. Selain itu orang tua diwajibkan dapat mengembangkan perhatian dan kesempatan pada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya serta memberi motivasi untuk berprestasi sebanyak mungkin. Intinya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama baik masyarakat, keluarga, maupun sekolah.
B. Contoh Penerapan Pembelajaran Anak Berbakat
a. Percepatan (Akselerasi)
Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping). Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih ‘tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya’ masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di lingkungan sosialnya. Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.
b. Pendidikan Dalam Kelompok Khusus
1) Model A: Kelas bisaa penuh ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus (misalnya matematika) ditambah.
2) Model B: Pada model ini anak mengikuti kelas bisaa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan dalam mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya.
3) Model C: Pada model ini semua anak berbakat dimasukan dalam kelas secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian pula guru-gurunya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
4) Model D: Pada model ini, merupakan sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dari sudut administrasi sekolah jelas mudah diatur. Tapi dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan sekolah khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar